Minggu, 20 Juni 2010

SiApA BilAng pEsAntErn PeLaKU TeroRiSME

Dalam sebuah diskusi mengenai terorisme di Jakarta belum lama ini, dosen senior Universitas Islam Negeri Jakarta Bachtiar Effendy menegaskan bahwa pondok pesantren tidak menghasilkan pelaku terorisme seperti kabar yang selama ini berhembus. Menurutnya, sejak zaman kolonialisme hingga era modern, kurikulum yang diberikan oleh pengajar di pondok pesantren tidak pernah berubah. Apa yang dipelajari para lulusan pesantren dulu, seperti Abdurrahman Wahid, Hasyim Muzadi, sama dengan apa yang dipelajari para santri saat ini.

Penegasan Bachtiar Effendy di atas patut kita amini, karena memang faktanya demikian. Pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan formal agama Islam memang sejak dulu telah berperan penting meningkatkan SDM dan meningkatkan kualitas moral anak bangsa ini. Hanya sayangnya, ada beberapa alumni pondok pesantren yang tergalang oleh para penganut ideologi ekstrim sehingga mereka terlibat dalam beberapa kasus peledakan bom di tanah air. Mereka yang tergalang umumnya telah dicuci otaknya (indoktrinasi) oleh tokoh-tokoh teroris, lalu menjalani beberapa latihan militer di Malaysia, Pakistan, Afganistan, atau Filipina Selatan.

Belajar dari beberapa kasus terorisme yang terjadi di Negeri ini yang melibatkan beberapa pemuda tak berdosa alumni pondok pesantren, para pengasuh pondok pesantren diingatkan untuk senantiasa menanamkan pemahaman yang benar mengenai perbedaan antara jihad, iman, dan Islam. Hal ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum lainnya. Kita harus memastikan bahwa anak-anak kita di sekolah mendapatkan pemahaman yang benar Jihad, iman, dan Islam serta mengajarkan sikap saling menghormati, bertoleransi dan menjunjung tinggi kedamaian.

Selain itu, ada banyak kondisi kehidupan sosial kita yang harus sama-sama kita benahi, seperti masalah kemiskinan, ketidakadilan, kebebasan yang kebablasan, aksi-aksi kekerasan dan lainnya. Karena bagaimanapun juga akar terorisme sesungguhnya adalah masalah ekonomi dan sosial, yang banyak terjadi di negara miskin dan berkembang. Dengan cara-cara seperti itu, kita bisa mempersempit peluang bagi para pelaku aksi teror untuk mengembangkan jaringannya di negeri kita, yang sejak dahulu terkenal aman, damai dan tenteram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar